Ketika Ulama Mesir Memuji Kealiman Mbah Arwani
Suatu ketika, KH. Sya'roni Ahmadi (Mustasyar PBNU) umroh dan membawa kitab “Faidlul Barokat” karya KH. Arwani Amin (Mbah Arwani).
Kitab tersebut diperlihatkan kepada ulama Qiroat Makkah dan Madinah yang dikenal oleh Mbah Sya'roni, lantas para ulama tersebut berkomentar :
“Tidak sembarang orang dapat menulis kitab ini kecuali seorang Muqri’ Al-Kabir (Ahli ilmu qiroah yang handal)”
Setelah itu, giliran seorang ulama Mesir Syekh Ahmad Yasin Muhammad Abdul Mutholib juga mendapat kitab “Faidlul Barokat”.
Spontan ia bersya’ir memuji kealiman Mbah Arwani :
ﺑﺷﺮﺍﻙ ﻳﺎﻁﺎﻟﺑﺎ ﻠﻟﻌﻟﻢ ﻣﻦ ﻗﺩﺲ # ﻔﺰﺗﻢ ﺒﻗﺮﺐ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﺮﺣﻣﻥ ﺑﺎﻷﺮﻮﺍﻥ
ﻣﻦ ﻳﻀﺣﻰ ﻓﻲ ﻗﺮﺑﻬﻢ ﺰﻣﻧﺎ ﻮﻠﻮ ﻳﻮﻣﺎ # ﻳﺮﺠﻊ ﺇﻠﻰ ﺃﻫﻟﻪ ﺑﺎﻟﻗﻠﺏ ﺮﻳﺎﻥ
ﺍﻠﻌﻳﺵ ﻓﻲ ﺣﻳﻬﻢ ﻔﻀﻞ ﻮﺗﻜﺮﻣﻪ # ﻣﻦ ﺬﻱ ﺍﻟﺟﻼﻝ ﺍﻟﺬﻱ ﺒﺎﻟﻓﺿﻝ ﺃﻮﻻﻦ
“Betapa bahagianya para pencari ilmu dari Kudus, beruntung dapat akrab Sang Rahman dengan Mbah Arwani”
"Siapa saja yang berada se-zaman didekatnya meski hanya sehari, akan pulang ke keluarganya dengan hati berseri-seri"
"Hidup bersama mereka yaitu anugerah dan kemuliaan dari Sang Pemilik Keagungan yang telah memberiku anugerah tiada terperi (sebab jumpa dengan Mbah Arwani)"
Sampai sekarang, kitab “Faidlul Barokat” sudah diajarkan di banyak sekali Pesantren Tahfidz di Indonesia, bahkan sudah hingga diajarkan di tempat Arab terutama Arab Saudi dan Mesir.
Sejarah Penulisan Kitab “Faidlul Barokat”
Menurut riwayat santri dekatnya, pada masa berguru ilmu Qiroat di Krapyak, Yogyakarta, ia selalu tiba dua jam sebelum setoran ngaji dimulai. Yakni jam 11 malam ia sudah ada di majlis, padahal setoran dimulai jam 01.00 dini hari.
Selain itu, ia selalu menyimak dengan seksama, menulis semua yang diucapkan oleh gurunya, alasannya yaitu proses belajarnya dengan metode Talaqi Qiro’ah. Catatan goresan pena tersebutlah yang menjadi kitab “Faidlul Barokat” tiga puluh juz lengkap.
Tidak heran diantara murid-murid Mbah Munawir (Pendiri Ponpes Al-Munawir, Krapyak) hanya Mbah Arwani yang diberi Ijazah Qiroah Sab’ah, bahkan di depan muridnya ia dawuh (menyampaikan) untuk berguru kepada Mbah Arwani saja jikalau ia sudah wafat.
Wallahu A’lam
Comments
Post a Comment